UPA Perpustakaan Untirta Bedah Novel dan Film Yuni Bersama Aktor dan Penulis Novelnya

Diposting pada

SERANG-Unit Penunjang Akademik (UPA) Perpustakaan Untirta menggelar kegiatan bedah buku “Novel Yuni” di Perpustakaan Untirta, Kampus Untirta, Sindangsari, Kabupaten Serang, Rabu (06/03/2024).

Hadir dalam kegiatan ini, Dr. Firman Hadiansyah, M.Hum., selaku Kepala Unit Penunjang Akademik (UPA) Perpustakaan Untirta, Ade Ubaidil selaku Penulis Novel “Yuni”, Toto ST Radik selaku Sastrawan sekaligus pemeran dalam Film “Yuni”, Amalia Choirunnisa selaku Moderator, serta para Mahasiswa Untirta.

Dalam sambutannya, Kepala UPA Perpustakaan Untirta menyampaikan bahwa kegiatan ini menghadirkan narasumber yang sangat bagus untuk menjadi inspirasi para Mahasiswa dalam hal kreativitas  dalam menulis. “Kegiatan kali ini bertujuan agar kita semua bisa membedah novel dan film yang tentu baik karena disampaikan oleh narasumber yang berkompeten,” ujarnya.

Bedah Novel dan Film Yuni

Pada kegiatan ini, ada yang berbeda dengan diskusi senja yang biasa dihelat oleh UPA Perpustakaan Untirta kali ini. Diskusi tidak hanya membahas terkait dengan novel, tetapi juga membahas bagaimana film itu diproses.
Ade Ubaidil dan Toto St Radik didapuk menjadi narasumber. Di dalam penjelasannya, Ade Ubaidil yang diamanahi menyusun novel berdasarkan skenario film menegaskan bahwa bisa terjadi ada beberapa hal yang berbeda jika membandingkan antara novel dengan filmnya. “Ketika saya mengalihkan ke dalam novel, sumbernya adalah skenario dan tidak semua cerita yang ada di dalam skenario muncul di dalam film,” ujarnya. “Hal ini berkaitan dengan editing, durasi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya,” Ade menguatkan.

Buku yang diterbitkan oleh Gramedia ini mendapatkan apresiasi yang cukup baik dari para pembaca seiring dengan kemunculan film yang banyak mendapatkan penghargaan. Hal ini diakui oleh Amalia Choirunnisa yang juga menjadi moderator di dalam diskusi tersebut. Selain membaca bukunya, Amalia yang bekerja di KPU Kota Serang, mengungkapkan telah menonton filmnya lebih lima kali. Ia termasuk orang yang berbahagia berkenalan dengan karya ini yang menyuarakan feminisme.

Sementara itu Toto ST Radik selaku orang yang terlibat sebagai aktor menjelaskan kepada peserta diskusi bahwa proses alih wahana ini berjalan cukup lama. “Skenario ini pertama kali ditulis tahun 2017. Baru Selesai tahun 2019 dan dieksekusi ke dalam film, setelah itu menjadi novel,” ungkapnya. Toto juga mengungkapkan ada perbedaan dari medium kata menjadi film lalu dialihwahanakan kembali ke dalam novel. Keunikan ini terjadi karena dunia seni hari ini saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri seperti dulu.

Secara isi, novel Yuni memang memiliki keberagaman pesan dan makna. Fenomena ini menjadi tradisi umum ketika sebuah karya sastra dilahirkan dan dibaca secara terus-menerus.(AB/HI/AAP)