Oleh Rukman Abdullah
Kesehatan End Game Pandemi Covid-19? Oleh Rukman Abdullah Pertanyaan yang sering terlontar dari banyak orang tentang pandemi Covid-19, utamanya di tempat saya bekerja adalah kapankah pandemi Covid-19 berakhir? Menjawab pertanyaan tersebut, saya mengacu pada data-data pemerintah terkait cakupan vaksinasi, varian virus Covid-19 yang menjadi perhatian ahli, dan jumlah pemeriksaan PCR dan kasus Covid-19 terkonfirmasi baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala sakit dari yang paling ringan hingga berat, serta kasus kematian yang tercatat. Data-data tersebut dapat menunjukkan seberapa besar gelombang pandemi Covid-19 yang terjadi. Kesimpulan saya hingga tulisan ini dimuat adalah pandemi ini sedang menuju akhirnya. Memang saya juga meyakini itu karena melihat fenomena gelombang ketiga Covid-19 varian virus Omicron yang rendah virulensinya dan cakupan vaksinasi dosis kedua oleh pemerintah yang sudah melebihi 55%.
Berdasarkan data yang sudah banyak dirilis, korban terinfeksi pun kian hari menurun, penguatan vaksin booster pun terus berlangsung. Hal ini tentu kita harapkan memberikan dampak positif untuk mencegah adanya gelombang baru penyebaran Covid-19 yang sudah terjadi secara berkala.
Pandemi dan Ramadan
Sudah dua kali, sejak 2020 dan sampai pada 2021 kita melewati puasa Ramadan dalam situasi pandemi, dan semua terasa aneh karena tentu kondisinya jauh berbeda dengan Ramadan sebelumnya. Saat pandemi di bulan Ramadan, buka bersama, salat tarawih dan kegiatan-kegiatan lain kita dituntut untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) pencegahan Covid-19. Di Ramadan tahun ini (1443 Hijriyah), yang kemarin kita lalui juga masih dengan penerapan prokes tetapi tidak terlalu menegangkan seperti sebelumnya.
Namun, di balik itu semua, berpuasa rupanya juga adalah salah satu cara ampuh dalam mencegah Covid-19. Hal ini bisa terjadi karena pangkal dari penyebaran Covid-19 adalah soal kekebalan tubuh. Andai kekebalan tubuh seseorang itu lemah, maka risiko sakit peluangnya besar dan sebaliknya. Nah, pada saat kita berpuasa, selama 30 hari, kekebalan tubuh secara ilmiah akan meningkat. Hal ini terbukti dengan masa Ramadan kemarin yang mana tidak ada lagi pemberitaan tentang lonjakan kasus pandemi Covid-19.
Bagi orang yang berpuasa penuh 30 hari, sel-sel darah putih akan membaik efisiensi kerjanya serta peningkatan aktivitas cleaning service (baca: lisosom) dalam tubuh sehingga sel-sel yang rusak dan mati dapat dibersihkan dari tubuh. Proses detoksifikasi ini meningkat saat seseorang berpuasa.
Pilihan makanan dan minuman saat berpuasa juga dapat menentukan status kekebalan tubuh seseorang. Sebagai contoh jika kurang konsumsi protein yang baik, maka bahan dasar pembentukan sistem imun yaitu asam amino juga kurang. Contoh lain adalah jika mengkonsumsi banyak gula (baca kalori) dan lemak jenuh, oleh ahli dianggap sebagai makan pro inflamasi (peradangan). Hal yang sering diabaikan atau disepelekan adalah soal istirahat termasuk di dalamnya adalah kualitas dan polanya. Terakhir dan terutama adalah kondisi stres (over stressed), kondisi ini dapat meningkatkan kadar hormon kortisol yang juga pro inflamasi dan dapat menurunkan imunitas tubuh seseorang. Bulan Ramadan dapat membuat seseorang mengatur pola makan, pola istirahat, dan stres seseorang dengan balutan kegiatan ibadah. Bulan Ramadan seolah menjadi sarana untuk membenahi semua hal-hal buruk yang mungkin terjadi terutama terkait kesehatan kita. Alhamdulillah! Pandemi Insya Allah akan berlalu seiring dengan pola hidup kita yang semakin teratur dan bersih.
Ramadan tahun ini pun berlalu. Usai lebaran Pemerintah juga memberikan kelapangan terkait prokes, yakni soal tanda dari presiden Jokowi yang sudah membolehkan tanpa masker di luar ruangan tetapi diimbau tetap menjaga perilaku hidup sehat. Semoga ini memang menjadi gambaran pandemi sudah berakhir dan tidak ada lagi pandemi di antara kita.(*)
Biodata Penulis
Rukman Abdullah merupakan seorang dokter dan dosen di Fakultas Kedokteran (FK) Untirta. Menyelesaikan sarjana kedokteran (S.Ked) dan profesi dokter (dr.) di FK Unej. Melanjutkan S2 bidang medical education (M.Pd.Ked.) di FK Universitas Indonesia.