Profil Dr. Firman Hadiansyah, M.Hum.
(ASN Inspiratif 2021, Direktur Untirta Press)
Lahir dan besar di kampung dari seorang ayah kopral dan ibunya yang seorang guru memberikan pengaruh sangat besar terhadap kepribadian Firman Hadiansyah. Ayah dari tiga anak yang kerap disapa Firman Venayaksa ini merasa darah pendidik lebih besar mengalir di tubuhnya, sehingga ketertarikan terhadap membaca pun tertanam sejak SD. Ia semakin terbiasa membaca ketika ibunya berlangganan koran ‘Wanita Indonesia’ kala itu. Waktu berlalu, sederet prestasi pun diraihnya.Terbaru, pada tahun 2021 kemarin, lelaki pecinta sastra ini menyabet penghargaan sebagai ASN Inspiratif. Di tengah kesibukannya dalam mengajar di kampus dan bertugas di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Humas Untirta sangat beruntung karena berkesempatan untuk bisa mewawancarainya secara langsung dan tentu masih dengan standar prokes pencegahan Covid-19. Berikut petikan wawancaranya.
Assalamualaikum, Bagaimana kabarnya, Pak?
Kabar baik, Alhamdulillah.
Di media sosial sering kami lihat Bapak begitu asyik bersepeda. Apakah ini adalah hobi lama Bapak yang bersemi kembali?
Oh, ya, akhir-akhir ini saya memang menjalankan hobi lama saya lagi, sibuk gowes sepeda. Kemarin target 1000 kilometer dalam tiga bulan,alhamdulillah sudah saya lalui. Ini dalam rangka kembali mengidealkan berat badan juga dan menjaga kesehatan tentunya. Ini adalah bagian dari upaya saya dalam menopang aktivitas sehari-hari. Jadi kita bekerja, mengabdi ke masyarakat dan kita juga perlu mengabdi kepada badan sendiri agar sehat selalu.
Luar biasa, Pak. Patut dicoba untuk kita semua. Menjaga kesehatan adalah hal utama yang harus kita lakukan. Oya, Pak, dalam hidup memang ibarat bersepeda, terus mengayuh, melampaui jarak dan mendapat penghargaan, jika yang ikut lomba dapat piala, jika kita tidak ikut lomba ya kita dapat penghargaan yang namanya sehat itu. Nah, membaca perjalanan hidup Bapak dari segala sisi, Bapak adalah orang yang enerjik, terus bergerak dan penghargaan pun akhirnya didapatkan. Terbaru, Bapak mendapatkan prestasi sebagai ASN Inspiratif 2021 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)dan selamat untuk itu, Pak.Sekali lagi, kami ucapkan selamat kepada Bapak. Bisa diceritakan soal ASN Inspiratif ini, Pak?
Predikat berat bagi saya. Saya dapat ini bersama dua orang lainnya, perwakilan dari Kemenkeu dan Kemenkes. Awalnya biasa saja, apa yang diminta panitia saya ikuti. Kemudian bergulir dari ribuan orang pendaftar, jadi 25 besar, kemudian 10 besar, enam besar dan akhirnya tiga besar. Benar-benar tidak saya duga saya masuk ketiga besar.
Baik, Pak. Menarik sekali untuk disimak terkait dengan pencapaian Bapak ini.
Ya, terima kasih banyak. Ini berkat doa orangtua, istri, anak dan seluruh sivitas akademika Untirta.
Boleh diceritakan Pak, kiat Bapak mengikuti ajang ASN Inspiratif ini dan akhirnya mendapatkan penghargaannya?
Ya, jadi begini, proses ASN Inspiratif ini, atau anugerah-anugerah yang lain itu normatif, ya. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendaftar, kriteria pendaftar, kriteria penerima dan tentunya lisensi atau izin lembaga. Namun, jauh berbicara soal itu, para pemenang yang lain, serta yang ikut dalam kategori ASN inspiratif itu memiliki perjalanan karir serta pengabdian yang panjang dalam hidupnya. Melihat dari ini, tentu saya dapat ini karena saya ASN pada 2006 di Untirta, dan pada 2003 sebelum saya menjadi ASN saya adalah pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) di Rumah Dunia. Kemudian pada 2017 saya juga bersama kawan-kawan motor di Banten mendirikan komunitas Motor Literasi (Moli). Jadi ini mungkin menjadi bahan pertimbangan juga bagi juri untuk memilih saya sebagai ASN Inspiratif, karena pada dasarnya di anugerah ini seseorang itu dilihat bukan dari kinerjanya saja, melainkan kreativitasnya pula. Namun, jujur, saya tidak membayangkan ini sebelumnya. Apalagi meniatkan hal yang sudah saya lakukan yang pada akhirnya bermuara pada sebuah penghargaan. Saya melakukan sesuatu spontan dan sesuai hati saya saja.
Keren sekali, Pak. Nah, sebagai ASN Inspiratif, apa misi Bapak untuk menginspirasi banyak orang? Khususnya di ruang lingkup tempat Bapak mengabdi?
Waduh, pertanyaan yang sulit, karena saya juga masih butuh inspirasi, hehe. Jadi begini mungkin, lebih kepada perenungan kita sebagai akademisi. Untuk mahasiswa, jangan berhenti di kelas. IP itu penting tetapi kita juga harus berkomunitas karena akan ada banyak hal yang kita dapatkan selain di kelas. Kemudian bagi kita sebagai sivitas akademika Untirta secara umum, ada pernyataan yang menarik dari Pak Presiden, Pak Jokowi, pada saat meresmikan kampus baru kita. Pak Presiden mengatakan bahwa jangan sampai perguruan tinggi itu hanya ada di menara gading.Hal yang dimaksudkan adalah harusnya perguruan tinggi itu menjadi menara air, sehingga mengairi sekeliling di perguruan tinggi tersebut.
Baik, Pak terima kasih atas percakapan yang singkat ini. Oya, Pak, apakah ada pesan yang hendak disampaikan lagi sebelum kita mengakhiri percakapan ini?
Baik. Jadi idealnya, sebagai akademisi, saya harus memberikan apa yang harus memberikan apa yang sudah saya dapatkan untuk diberikan ke masyarakat. Makanya ada yang disebut intelektual organik, jadi yang dibutuhkan oleh masyarakat dari seorang intelektual itu adalah enlightenment, pencerahan. Kita dituntut untuk menyelesaikan masalah di masyarakat. Bilamana seseorang itu mampu menghadapi masalah dan memberi pencerahan pada masyarakat, maka patut kita sebut itulah inspirator sejati.(*)