Momen berharga bagi dunia pendidikan di Banten karena pada 1 Oktober 1980 bedirilah sebuah wadah pendidikan bernama Yayasan Pendidikan Tirtayasa. Yayasan Tirtayasa ini merupakan sebuah yayasan pendidikan yang begitu gigih dalam perjuangan pendidikan di Banten. Kemudian pada 1981, Yayasan ini mendirikan sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) kemudian Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP). Yayasan ini berdiri pada 1 Oktober 1980 berdasarkan Akta Notaris Ny. R.Arie Sotardjo, Nomor 1 tanggal 3 Maret 1986.
Pendirian sekolah tinggi berlanjut ke Sekolah Tinggi Teknologi yang didirikan oleh PT. Krakatau Steel pada tahun 1982 melalui izin penyelenggaraan untuk tingkat Sarjana Muda (Non Gelar) dari Kopertis Wilayah IV Jawa Barat 040/1982, pada 1984 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 0596/O/1984, Sekolah Tinggi Teknologi menggabungkan diri ke dalam Yayasan Pendidikan Tirtayasa.
Atas dasar peleburan STIH, STT dan STKIP berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor; 0596/0/1984 tanggal 28 November 1984 untuk menjadi sebuah kampus, maka berubahlah ketiganya menjadi Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, dan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Fakultas Pertanian kemudian melengkapi tiga fakultas ini berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor 0123/0/1989, tanggal 8 Maret 1989 serta Fakultas ekonomi dengan Surat Keputusan Mendikbud Nomor 0331/0/1989, tanggal 30 Mei 1989.
Untirta kemudian menemukan masa emasnya ketika adanyanya Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 130 tentang Persiapan Pendirian 13 Oktober 1999. Kemudian pada 19 Maret 2001, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Untirta resmi menjadi kampus negeri yang sah ditandatangani oleh Presiden saat itu, Abrurrahman Wahid. Dimulai dari sini, akhirnya pendirian fakultas pun kembali hadir seperti Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Kedokteran serta Program Pascasarjana dan Doktor.
Rektor Pertama Untirta Negeri
Peralihan Untirta yang berstatus swasta menjadi negeri adalah hal yang menggembirakan bagi warga Banten. Namun, di tengah euforia itu, tentu ada tantangan yang perlu dihadapi. Menjadi kampus negeri tidak semudah mengedipkan mata, apalagi dalam menjalaninya. Perlu komitmen dan kerja keras guna memberi kepercayaan dan bukti kepada publik bahwa Untirta memang layak menyandang kampus negeri yang berkelas suatu saat nanti diperhitungkan di kancah dunia. Guna menggerakkan upaya tersebut, ada satu orang yang begitu gigih dalam memperjuangkannya. Orang tersebut tidak lain adalah prof. Dr. H. Yoyo Mulyana, M.Ed., (Almarhum) yang pada saat itu menjabat sebagai Rektor Untirta periode 2003-2007 pada masa peralihan kampus Untirta swasta menjadi Untirta negeri. Prof Yoyo dilantik oleh Menteri Pendidikan Nasional merupakan rektor pertama Untirta negeri.
Prof Yoyo merupakan putra daerah yang besar dan kuliah di luar tercatat sebagai Dosen Universitas Pendidikan Indonesia. Pendidikan magisternya ditempuh di luar negeri. Sejak remaja Yoyo menyukai sastra dan jago bela diri. Ketika mendapatkan amanah dari negara untuk mengabdi di tanah kelahirannya untuk memimpin sebuah perguruan tinggi negeri. Sosok Yoyo sudah tidak asing lagi bagi Untirta. Sejak Untirta masih berstatus sebagai perguruan tinggi swasta , Yoyo sudah mengabdi sebagai dosen luar biasa di FKIP Untirta. Sangat dekat dengan mahasiswa, dalam berbagai kesempatan Prof. Yoyo sering datang dan diskusi dengan mahasiswa dan komunitas seni di Banten.
Tidak mudah baginya mengubah secara sporadis atas perubahan yang terjadi pada kampus Untirta. Perlu adanya formula-formula sehingga perubahan yang diinginkannya pun sesuai harapan dan juga tidak mengubah ruh dari Untirta yang senantiasa mengusung moto maju, bermutu dan berkarakter dalam kebersamaan.
Banyak hal-hal yang dilakukan oleh Prof. Yoyo, begitu sivitas akademika Untirta memanggilnya, untuk memajukan Untirta. Salah satu hal yang paling mendasar dan menjadi pondasi yang kuat yang dibangun oleh beliau adalah soal pentingnya karakter. Beliau memang sangat gencar dalam menggaungkan soal pendidikan karakter.
Prof. Yoyo selalu berpandangan bahwa pengetahuan adalah satu hal yang menjadi kekuatan tetapi karakter bisa lebih dari itu. Beliau dalam beberapa bahasannya terkait dengan kajian soal karakter mengungkap bahwa para intelektual secara teoretik begitu memahami soal karater. Namun, ketika seorang intelektual harus menghadapi soal kepemimpinan, maka muncullah kesadaran dari makna pentingnya karakter.
Maka di sinilah peran dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut beliau adalah modal dasar dari sebuah pembangunan individu dan bangsa. Apa jadinya jika karakter sebuah individu tidak terbentuk, maka yang selalu dikhawatirkan oleh beliau adalah degradasi moral yang pada akhirnya menghambat pembangunan dari segala lini.
Pondasi yang dibentuk oleh Prof. Yoyo ini tentulah berharga dan akhirnya bisa mengantarkan Untirta menjadi kampus yang saat ini diperhitungkan di Indonesia dan berdaya saing di kawasan ASEAN tahun 2030 sesuai dengan visi misi Untirta 2019-2023. Terima kasih, Prof. (HI/PR/VDF).
Profil
Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed.
Serang, 19 Maret 1941
Pendidikan:
S1 UPI Bandung
S2 Washington University, USA
S3 UPI Bandung
Pengalaman:
-Juri Karate PON X Jakarta
-Dosen Bahasa Indonesia Point Cook Australian Army Australia
-Ketua 1 Yayasan Jati Diri Bangsa Jakarta
-Dekan FPBS Jurusan Bahasa Indonesia UPI
-Pengalaman: kejuaraan dan pelatihan karate KKI di Jepang
Hobi
– Sastra: baca puisi dan menulis
-Karate
-Travelling