MIKOM Untirta Gelar Kuliah Pakar Bertajuk “Kemerdekaan RI Bukan Hadiah Jepang”

Diposting pada

Serang – Magister Magister Ilmu Komunikasi Untirta menggelar Kuliah Pakar Seri 1 yang mengangkat tema “Kemerdekaan Bukan Hadiah Jepang” yang diselenggarakan di Ruang Serbaguna Lt.1 Gedung FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Kampus Sindangsari, rabu (28/2).

Hadir pada kesempatan kali ini, Dekan FISIP Untirta, Leo Agustino, Ph.D, Wakil Dekan FISIP Dr. Nurprapti Wahyu Widyastuti, S.Sos., M.Si, Kepala Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Ail Muldi, M.I.Kom, Sejarawan Aiko Kurosawa dan JJ. Rizal sebagai narasumber pada diskusi, serta mahasiswa FISIP Untirta.

Kegiatan ini dibalut dengan tajuk Kuliah Reboan FISIP yang diagendakan setiap hari Rabu di akhir bulannya. “Diskusi ini akan diselenggarakan secara bergelombang setiap hari rabu dengan pembicara-pembicara yang beraneka wajah dan saya berharap nanti akan banyak pembicara-pembicara yang akan menginspirasi” ucap Leo dalam sambutannya.

Dalam pemaparannya Aiko, Wanita kelahiran Osaka 1946 ini menuturkan bahwa dirinya tertarik dengan Sejarah Indonesia sampai sekarang, hingga penelitiannya sejak S1 sampai sekarang menerbitkan karya buku ke-3 nya tetap dengan mengangkat Sejarah Indonesia dan Jepang. “Aiko selama 20 tahun menjadi sejarawan banyak menulis artikel yang dikumpulkan kemudian disatukan menjadi buah pikiran aiko tentang sejarah jepang” ucap rizal.

Ail Muldi menuturkan bahwa program Kuliah Reboan FISIP ini, Magister Ilmu Komunikasi FISIP Untirta ingin membangun kultur akademik yang kritis, literatif sekaligus juga mampu memberikan ruang pikiran liar dan kritis mahasiswa salah satunya dengan mengundang para tokoh, para pakar di bidangnya masing-masing untuk menggugah, mengedukasi seakaligus untuk menginspirasi mahasiswa unntuk kritis tapi juga bisa menawarkan gagasan.

“Kuliah Reboan FISIP ini akan terus diagendakan dengan tujuan agar membawa banyak orang ke banten terutama ke kampus Untirta sindangsari untuk mewariskan pengetahuan mereka indonesia dari berbagai bidang diskursus keilmuan” pungkasnya. (IHS/AAP)