SERANG-Pada sidang terbuka senat Wisuda Gelombang IV tahun 2023, di Auditorium Untirta, Kampus Untirta, Sindangsari, Kabupaten Serang, Minggu, 1 Oktober 2023, hadir sejarawan muda asal Banten dan Pimpinan Majalah Historia.id Bonnie Triyana yang menyampaikan orasi ilmiahnya. Bonnie dalam kesempatan ini menyampaikan orasi mengenai pendidikan kaitannya dengan kolonilaisme.
Mulanya, Bonnie bercerita tentang bagaimana perjuangannya mengembalikan 472 item pusaka milik bangsa. Bonnie kemudian membahas terkait dengan dunia Pendidikan pada masa kolonial dan pada masa kini. Dalam bidang pendidikan tahun 1945, menurutnya, dari sekitar 61 juta penduduk Indonesia 75 persen buta huruf. “Pendidikan pada masa kolonial diperuntukkan bagi golongan elit, kelas tinggi, para bangsawan. Merekalah yang bisa menikmati di level tertinggi pendidikan. Anak petani anak becak tidak boleh karena pada masa ini pendidikan dibagi menjadi beberapa bagian seperti Eerste Klasse dan Tweede klasse,” ujarnya.
“Kalau kamu anak orang kecil kamu tidak bisa jadi berpendidikan tinggi seperti sekarang, paling kelas lima SD kemudian ke sekolah kejuruan dan hanya jadi tukang. Sekarang tidak lagi kita temukan. Sekarang orang yang punya duit lebih banyak bisa menemukan pendidikan lebih berkualitas. Misalkan anaknya dikirim ke sekolah interansional. Harganya lebih mahal, kualitasnya lebih mahal, padahal esensi dari pendidikan adalah hak menerima pendidikan yang berkualitas.
Kemudian ia menerangkan ada beberapa hal lain soal warisan kolonialisme yang menurutnya masih tersisa hingga hari ini.
“Stunting misalkan. saya ini lagi sering keliling-keliling ke beberapa desa hari ini dan saya temukan di Banten ini. Tingkat partisipasi pendidikannya terutama di kampung saya indeks rata-rata lama sekolahnya 6,5 persen. Artinya hanya SD, SMP, kemudian selesai kemudian putus sekolah dan data ini nyambung dengan data statistik tentang pernikahan dini tinggi. Lulus SD dn SMP sebentar kemudian menikah.
“Kalau kita lihat data berikutnya angka kematian anak dan ibu juga tinggi jadi nikahnya buru-buru akhirnya efeknya ke ibu dan anaknya. Kalau kita lihat data stunting kita tinggi. Produktivitas rendah, pengangguran jadi tinggi, industrinya juga tidak ada. Inilah keadaan saat ini tapi saya yakin kalau Untirta sudah bersifat nasional sehingga lulusan sini bukan Banten saja tetapi juga orang dari berbagai pulau di Indonesia,” imbuhnya.(HI/TMA/AAP/VDF)