Serang, Bank Indonesia (BI) bersama FEB Untirta selenggarakan Seminar On Sustainable Economy: encouraging investment on green industry and implementation of Local Currency Settlement (LCS) for Sustanainabel Ecomonic Growth di acara Banten Breakfast Meeting (BBM) di Auditorium lt.4 gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) yang dirangkaikan dengan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Banten periode Mei 2022 dan Desiminasi Local Currency Settlement. pada hari Senin(27/6/2022) yang dihadiri oleh PJ. Gubernur Banten, Dekan FEB Untirta, Dr. H. Akhmadi, SE., M.M., sebagai yang mewakili Rektor Untirta, Ketua ISEI Banten H. E. R. Taufik , Ph.D., dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Banten, beserta tamu undangan dari para unsur Dosen, stakeholder dan para mahasiswa. Dihadirkan pula sebagai narasumber dari ISEI Banten Kementerian Investasi/BKPM, INAPLAS(Aosiasi Petrokimia), Redaktur Senior PT Tempo Inti Media Tbk., Departemen Pendalaman Pasar Keuangan(DPPK) Bank Indonesia, dan Kanwil Bank BNI Area Banten.
Pemulihan ekonomi global dan domestic mengalami disrupsi akibat ketegangan geopolitik dan akselerasi normalisasi kebijakan moneter di berbagainegara maju. Hal ini juga kemudian berdampak pada upaya proteksionisme pangan dan energy yang dilakukan berbagai Negara. Menghadapi hal ini, Pemerintah bersama Bank Indonesia dalam presidensi G20 tahun 2022 melakukan upaya menjaga keseimbangan antara minimasi potensi risiko ekonomi dan upaya ttansisi energy berkelanjutan. Secara khusus, Banten sebagai bagian dari supply chain industry nasional dan global juga terus didorong melakukan transisi energy dan investasi berkelanjutan.
Menurut Dekan FEB mewakili Rektor Untirta, Saat ini memang ekonomi di Indonesia berkembang dengan pesat khususnya pada bidang pertambangan energi, perkembangan industri pengolahan sumber daya alam, pertanian dan kehutanan.
“Tentu tantangan besar perkembangan ekonomi ini jika dikaitkan dengan kelestarian hidup. Namun, pertumbuhan ekonomi tetap mempertimbangkan pentingnya kelangsungan ekonomi dan sosial, juga kelestarian lingkungan hidup. Maka Pemda dan kita semua sebagai stakeholder tentu kiranya dapat melakukan pendekatan melalui pelaksana strategis secara besamaan,” ujarnya.
Ketua ISEI Banten H. E. R. Taufik , Ph.D., Mengatakan, perkembangan ekonomi di Banten berkembang dan ISEI Banten pun masuk dalam peringkat ketiga terbaik di Indonesia.
“Alhamdulillah perkembangan ekonomi di Banten cukup signifikan semoga sampai Agustus nanti tetap bertahan karena nanti Agustus ini ada rapat pleno,” ujarnya.
Menurutnya hal ini merupakan suatu perkembangan yang bagus bagaimana Banten kemudian bisa menciptakan serta menggerakkan para pelaku ekonomi di Banten agar bisa meningkatkan produktivitasnya.
Imaduddin mengatakan, adanya kebijakan geopolitik serta batasan negara dalam menjalankan jual beli terus mendorong harga komoditas dunia.
“Tidak cara lain selain invasi suplai berkolaborasi tetap dengan kerja sama antar daerah tentang beberapa bahan pokok kita. Di sampaing itu,” katanya.
Al-Muktabar menambahkan, pemerintah memiliki tugas dalam mengatur dan melayani termasuk dalam tata kelola ekonomi. ”Kita akan memberikan layanan sebaik mungkin kepada tata kelola industrialisasi atau tata kelola ekonomi ini.
Memudahkan berbagai hal untuk saudara-saudara kita yang menjadi pelaku ekonomi, meningkatkan nilai tambah kalau birokrasi itu dilakukan efisiensi-efisiensi dan tentu untuk melakukan itu menjadi kebijaban kita. Paling tidak menentukan kontrol birokrasi dan agenda ekonomi, baik di Indonesia dan di Banten khususnya.” tuturnya. (TMA/AAP/VDF)