Kompetisi ini mengangkat tema “Engaging Minority and Indigenous Communities in Southeast Asia”, sebuah topik yang berfokus pada pelibatan komunitas adat dan minoritas dalam pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Dr. Robby menjadi akademisi Indonesia pertama yang memenangkan penghargaan ini sejak SEAMEO-Jasper Research Award pertama kali diselenggarakan.
“Selama ini belum pernah ada peneliti dari Indonesia yang meraih penghargaan ini. Saya merasa terhormat bisa mewakili Indonesia dan Untirta, membawa kearifan lokal kita dikenal oleh dunia,” ungkapnya dalam wawancara.
Dari Cipeucang ke Dunia: Riset Berbasis Akar Budaya
Inspirasi riset ini berangkat dari pengalaman masa kecil Dr. Robby di Desa Cipeucang, Pandeglang, yang memperkenalkannya pada kekayaan pengetahuan tradisional masyarakat lokal. Seiring waktu, ketertarikannya terhadap bagaimana pengetahuan tersebut bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan sains menjadi dasar penelitiannya hingga jenjang doktoral.
“Saya dulu tinggal di desa, Desa Cipeucang, Pandeglang. Waktu kecil, banyak sekali pengetahuan-pengetahuan tradisional yang sebetulnya ada di masyarakat kita. Pengetahuan tersebut sangat unik untuk dipelajari dan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sains,” jelasnya.
Dalam penelitiannya, Dr. Robby mengangkat masyarakat adat Baduy sebagai studi utama. Mereka dikenal memiliki warisan pengetahuan tradisional yang sangat kaya, sekaligus menghidupi sistem nilai dan aturan yang disebut pikukuh Baduy.
“Kalau di-searching, filosofinya itu namanya pikukuh Baduy—yaitu bagaimana masyarakat Baduy mempunyai aturan, filosofi, dan etika untuk menjaga lingkungannya agar tidak merusak alam,” jelasnya.
Prinsip-prinsip inilah yang dijadikan bahan pengembangan pendekatan Education for Sustainable Development (ESD). Dr. Robby menekankan bahwa pendidikan berbasis nilai lokal seperti ini mampu mengajarkan etika lingkungan yang kuat, sambil tetap dikombinasikan dengan pengetahuan sains modern.
“Dari nilai-nilai itu, kita ajarkan pada siswa maupun mahasiswa tentang bagaimana pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan bisa diajarkan melalui pengetahuan tradisional dari masyarakat yang memang masih hidup dalam kondisi tradisional. Selain itu, kita juga memberikan perspektif mengenai pengetahuan modern. Jadi, siswa bisa melihat dua sisi pengetahuan yang saling melengkapi,” pungkasnya.
Keunggulan dan Kekuatan Riset: Dua Dunia yang Saling Melengkapi
Riset ini tidak hanya menampilkan konten yang kontekstual, tetapi juga menjadi pelopor pendekatan integratif antara pengetahuan sains modern dan pengetahuan tradisional.
“Keunggulan riset ini terletak pada kebaruannya, atau novelty-nya. Saya termasuk salah satu pelopor yang menggabungkan dua konsep pengetahuan, yaitu pengetahuan tradisional dan pengetahuan sains modern, yang saling melengkapi,” terang Dr. Robby.
Menurutnya, sains modern berkontribusi dalam aspek teknologi dan metodologi, sedangkan pengetahuan tradisional berisi nilai-nilai etika dan pelestarian lingkungan yang hidup dalam praktik keseharian masyarakat. Kedua pendekatan ini menghadirkan pemahaman yang utuh dan kontekstual bagi peserta didik.
“Pengetahuan sains modern berkaitan dengan aspek teknologinya, khususnya dalam bidang ilmu kimia. Sementara itu, pengetahuan tradisional berfokus pada bagaimana suatu pengetahuan ditemukan, serta bagaimana masyarakat tradisional memiliki kearifan lokal dan filosofi dalam menjaga kelestarian alam,” tambahnya.
Keseimbangan ini menjadi kunci dalam menjawab kebutuhan pendidikan abad 21 yang menuntut penguasaan kompetensi ilmiah sekaligus kepedulian sosial dan lingkungan.
Inovasi Akademik: Integrasi Pengetahuan Lokal dan Pendidikan Berkelanjutan
Sejak dikembangkan pada 2020, riset ini menjadi pelopor dalam menggabungkan pendidikan kimia dengan kearifan lokal melalui pendekatan Education for Sustainable Development (ESD). Temuannya telah memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan, baik di tingkat lokal maupun global.
“Riset ini mengangkat budaya lokal atau pengetahuan tradisional yang sebelumnya mungkin dipandang sebelah mata. Namun, ketika kita masukkan ke dalam kurikulum sains atau kurikulum pendidikan kimia, hal ini menjadi sebuah temuan yang menarik,” jelasnya.
Salah satu temuan pentingnya adalah bagaimana materi pembelajaran menjadi lebih relevan dengan kehidupan siswa, karena berangkat dari pengetahuan yang mereka kenal sejak kecil.
“Kita ingin memberikan perspektif baru bagi komunitas ilmiah dunia bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di bidang indigenous knowledge. Di negara-negara Barat, jenis pengetahuan ini sudah sulit ditemukan atau bahkan telah punah, sedangkan di Indonesia masih hidup dan lestari,” tegas Dr. Robby.
Indonesia, dengan lebih dari 1.000 suku bangsa, memiliki kekayaan pengetahuan tradisional yang sangat besar. Potensi inilah yang harus terus digali dan dikembangkan.
Capaian Internasional dan Pengakuan Global
Hasil riset Dr. Robby tidak hanya berdampak di dalam negeri. Ia telah mempublikasikan sejumlah artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi, dan hingga kini telah mendapat hampir 500 sitasi di Google Scholar, menandakan pengaruh dan relevansi global dari penelitiannya.
“Penelitian ini telah diakui dunia. Bahkan dewan juri SEAMEO terdiri dari pakar riset Kanada dan British Council. Mereka semua sepakat bahwa riset ini layak mendapatkan penghargaan tertinggi,” kata Dr. Robby.
Penghargaan akan diserahkan secara langsung pada bulan November 2025 di Thailand, oleh Menteri Pendidikan Brunei Darussalam, di hadapan delegasi kementerian pendidikan se-ASEAN. Selain menerima plakat, Dr. Robby juga dijadwalkan memberikan presentasi ilmiah atas risetnya. Bahkan ada rencana diseminasi ke Kanada dan negara-negara ASEAN lainnya.
Harapan Besar: Integrasi ke Kurikulum Nasional
Bagi Dr. Robby, riset ini bukan hanya untuk publikasi akademik, tetapi menjadi kontribusi nyata dalam upaya membangun pendidikan nasional yang berakar pada budaya bangsa.
“Harapan saya terkait dengan riset ini tentunya bisa dikembangkan lebih jauh lagi. Artinya, riset ini bisa diteliti juga di daerah lain, apakah ada kemiripan atau perbedaan terkait pengetahuan tradisional,” ujarnya.
Ia berharap model riset ini dapat diterapkan ke dalam kurikulum nasional, menjadi keunggulan tersendiri bagi pendidikan Indonesia di tengah arus globalisasi.
“Kurikulum yang dikembangkan diintegrasikan ke dalam kurikulum nasional dan menjadi keunggulan kurikulum di Indonesia,” tutupnya.
Tentang SEAMEO-Jasper Research Award
SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) adalah organisasi yang mewadahi kerja sama antar-kementerian pendidikan se-Asia Tenggara. SEAMEO-Jasper Research Award merupakan kompetisi riset tingkat Asia Tenggara yang diberikan kepada peneliti dengan kontribusi nyata dalam bidang pendidikan dan sosial budaya.
Penulis: Tika, Angga Humas
Dokumentasi: Dr. Robby Zidny