CILEGON – Pusat Kajian Keselamatan, Kesehatan, dan Kebencanaan (K3) LPPM Untirta bersama Fakultas Teknik, khususnya Jurusan Sipil nerkolaborasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sukses menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Penilaian Kerentanan Bangunan di Kota Cilegon. Acara ini dihadiri oleh Dra. Prasinta Dewi, M.A.P., (Deputi Pencegahan BNPB), Dr. Ir. Sirajuddin, S.T., M.T., (Kepala Pusat K3 Untirta), Prof. Dr. Jayanuddin, S.T., M.T., (Dekan FT Untirta), dan H. Suhendi, S.Pd., M.M., (Kepala BPBD Cilegon), serta 40 mahasiswa dan dosen Teknik Sipil. Acara ini dilaksanakan pada Selasa, 22 Juli sampai Rabu 23 Juli 2025.
Dra. Prasinta Dewi, M.A.P., menyatakan bahwa Untirta menjadi lokasi pertama pelaksanaan Bimtek ini, yang akan dilanjutkan di 32 kabupaten/kota di Indonesia. “Cilegon dipilih sebagai percontohan karena potensi risiko bencananya dan kesiapan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan praktisi,” ujarnya.
Prof. Dr. Jayanuddin menambahkan, pelatihan ini penting untuk meningkatkan ketahanan infrastruktur di daerah rawan bencana.
Dr. Ir Sirajuddin menekankan peran strategis perguruan tinggi dalam mendukung kebijakan nasional penanggulangan bencana. “Kolaborasi antara Untirta, BNPB, dan Kementerian PUPR menjadi contoh baik sinergi tri dharma perguruan tinggi dengan kebutuhan nyata masyarakat,” jelasnya. Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa sebagai agen perubahan dalam penerapan ilmu kebencanaan.
Prof. Ir. Sarwidi, Ph.D., pakar konstruksi gempa dari Kementerian PUPR, menyatakan keprihatinannya atas belum adanya standar ukuran kerentanan bangunan hunian terhadap gempa di Indonesia. Menurut Sarwidi, kondisi ini sangat berbahaya mengingat Indonesia merupakan wilayah rawan gempa. “Kita butuh sistem pengukuran yang jelas untuk mengetahui seberapa besar ketahanan suatu bangunan terhadap gempa. Tanpa ini, keselamatan penghuni rumah tidak terjamin,” ujarnya.
Selanjutnya Haris dari Kementerian PUPR sebagai narasumber memaparkan standar keandalan bangunan berdasarkan PP No. 16 Tahun 2021. “Ada empat aspek kritis: desain struktur, beban bangunan, material, dan kelaikan fungsi. Pemahaman ini wajib dikuasai untuk menilai kerentanan bangunan,” tegas Sarwidi. Peserta juga diajak simulasi praktis penilaian bangunan.
Bimtek ini menjadi langkah nyata meningkatkan kesiapan Cilegon menghadapi bencana. Ke depan, hasil pelatihan akan diterapkan dalam pemetaan kerentanan bangunan di wilayah rawan. “Kami apresiasi semua pihak yang terlibat. Ini bukti komitmen bersama membangun ketangguhan bencana,” tutup H. Suhendi dari BPBD Cilegon.
Penulis: LPPM, Hilman, Angga Humas
Foto: LPPM