DWP Untirta Gelar Pertemuan Rutin di Cilegon: Tausiyah Penuh Makna & Demo Memasak Bakso

Diposting pada

Cilegon, 13 Juni 2025 – Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar pertemuan rutin yang sarat makna dan inspirasi di Auditorium Fakultas Teknik Untirta, Kampus Cilegon. Acara ini dihadiri oleh Ketua DWP Untirta beserta jajaran, serta perwakilan dari seluruh fakultas dan biro di lingkungan Untirta.
Kegiatan ini dibuka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat 113–114, yang menambah kekhusyukan suasana.
Acara dilanjutkan dengan sambutan hangat dari Ketua DWP Fakultas Teknik Untirta, Rina Prajayati, S.Si., yang menyampaikan rasa syukur atas kehadiran para ibu DWP.
“Alhamdulillah, Fakultas Teknik mendapat kehormatan menjadi tuan rumah dalam pertemuan DWP kali ini. Terima kasih atas kehadiran ibu-ibu semua di Cilegon. Selain tausiyah yang insyaAllah membawa keberkahan, hari ini juga kita akan berbagi ilmu dalam bentuk demo memasak. Yang membuat kegiatan ini istimewa adalah karena resep bakso yang kita pelajari hari ini pernah dijadikan usaha oleh salah satu anggota kita saat tinggal di Paris. Mudah-mudahan pengalaman dan keterampilan ini bisa jadi inspirasi dan bekal untuk kita menjadi perempuan yang lebih mandiri secara finansial,” ungkapnya.
Sambutan juga disampaikan oleh Ketua DWP Untirta, Hj. Omah Rohmawati, S.Pd., yang mengapresiasi kontribusi DWP Fakultas Teknik.
“Alhamdulillah kita sudah sampai di Cilegon, bisa bersilaturahmi ke Fakultas Teknik bersama-sama. Terima kasih kepada seluruh ibu-ibu yang hadir dan tim DWP FT yang luar biasa menyiapkan acara ini. InsyaAllah bulan depan kita akan lanjutkan pertemuan DWP di Pascasarjana. Dan informasi untuk wisata ke Garut akan dipimpin oleh Bu Suci, semoga berjalan lancar,” ucapnya.
Tausiyah yang dibawakan oleh Choiriyah, A.Md., CM.NNLP bertema “Menjadi Hamba yang Ditolong Allah” memberikan sentuhan spiritual yang menggugah hati. Beliau membedah isi bukunya yang berjudul sama, dengan mengajak untuk menghidupkan keimanan melalui rasa takut (khauf) dan harapan (roja’) yang diarahkan hanya kepada Allah.
Dalam tausiyah tersebut, Choiriyah mengisahkan perjuangan Bunda Hajar yang tetap taat dan sabar dalam menghadapi ujian di padang pasir bersama bayi Ismail. Dari kisah itu, ia menekankan pentingnya sa’i, yakni usaha yang dilakukan terus-menerus walau keajaiban belum langsung hadir.
Beliau juga menyampaikan bahwa kekhawatiran bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk cinta dan tanggung jawab yang besar. Iman yang hidup akan melahirkan ketenangan di tengah gelisah dan prasangka baik bahkan dalam musibah.
“Sabar bukan berarti diam, tapi keyakinan bahwa pertolongan Allah itu pasti datang. Apa pun yang terjadi adalah takdir terbaik dari-Nya. Dan keajaiban hanya datang pada langkah yang terus bergerak,” pesan beliau.
Kegiatan ditutup dengan cooking demo pembuatan bakso yang berlangsung seru dan penuh antusiasme. Tidak hanya menjadi ajang belajar bersama, sesi ini juga menjadi inspirasi untuk melihat potensi ekonomi dari keterampilan dapur.
Acara ini menjadi bukti nyata bahwa DWP bukan hanya wadah silaturahmi, tapi juga ruang bertumbuh bagi perempuan—baik secara spiritual maupun keterampilan hidup.