Penguatan Integritas Pegawai Untirta, Rektor: Jangan Jadi Beban

Diposting pada

SERANG- Reformasi Birokrasi yang diwujudkan dalam berbagai aspek seperti integritas pegawai, komitmen, etika, moral dan menghindari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme terus digalakkan oleh Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta). Hal ini penting dilakukan mengingat Untirta adalah pelayan bagi masyarakat, penjaga kesatuan bangsa serta sebagai sebuah lembaga pendidikan yang tentunya harus melahirkan manusia-manusia yang unggul dan berkarakter JAWARA (Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Religius dan Akuntabel).

Menurut Rektor Untirta Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, S.T., M.T., yang hadir dalam ‘Sosialisasi Penguatan Integritas’ yang dilakukan melalui Zoom pada Jumat 25 Oktober 2025, bagi seluruh pegawai Untirta harus terus disiplin, integritas dan punya moralitas yang kuat apalagi bagi yang diberi amanat jabatan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. “Lakukan yang terbaik dan jangan menjadi beban. Kegiatan ini sebagai penguatan tata keloloa perguruan tinggi yang baik, berintegritas sesuai dengan aturan yang berlaku,” tegas Rektor.

Selain Rektor, hadir juga dalam kegiatan ini Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Prof. Dr.-Ing. Ir. Asep Ridwan, ST., MT., IPU., Sekretaris SPI Prof. Dr. Yeyen Maryani, Drs., M.Si., para Dekan, Wakil Dekan, Kabiro, kepala UPA, Kabag, Pokja dan staf.

Prof. Asep memberikan pandangan bahwa untuk berintegritas bisa diwujudkan dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang diaplikasikan oleh semua fakultas dan Tingkat prodi dan tiap unit. “Meskipun kita berjibaku dengan segala kekurangan dan tantangannya, tapi kita harus tetap konsisten untuk menciptakan reformasi birokrasi yang bersih dari segala macam praktik korupsi. Ditambah kita yang ingin berkelas dunia salah satu yang kita upayakan adalah dengan membentuk zona integritas, birorasi bebas melayani dan ini yang harus terus didorong,” jelasnya.

“Niatkan ibadah, ciptakan suasana happy dan Bahagia dan lakukan pekerjaan tanpa pelanggaran. Kita hindari terus praktik nepotisme, dimulai dari nepotisme soal penerimaan mahasiswa baru, pelanggaran integritas akademik dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Kalau kita melakukan pelanggaran segala gerak gerik kita pun tidak jadi tenang,” Tamah Prof. Asep.

Sementara Prof. Yeyen mengungkapkan, jujur dan moral yang kuat adalah berbentuk kosnsitensi yang sesuai dengan niali-nilai yang tinggi dalam situasi mudah maupun sulit. “Saya selalu punya pendapat mengacu kepada pepatah dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Di mana pun kita berada, kita tetap punya integritas yang tinggi. Jangan mentang-mentang di tempat yang tidak kita inginkan tiba-tiba integritasnya menurun. Sesuai amanah Pak Rektor dan Wakil rektor harus enjoy dan menganggap semua pekerjaan kita adalah ibadah. Kita harus berkomitmen dengan tugas yang diberikan kepada kita,” ungkapnya.

Penulis: Hilman/Angga Humas
Foto: Humas