Seminar Nasional Pendidikan Seni Pertunjukkan Untirta Tahun 2024 Undang Seniman Nasional Purwacaraka

Diposting pada

SERANG-Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) tahun 2024 mengadakan seminar nasional bertema “Peran Seni Pertunjukan dalam Pembelajaran di Era Modern”, dengan mengundang seniman atau musikus nasional Purwa Caraka, bersama dengan Dr. Ayu Niza Machfuzia, M.Pd., (UNY), Prof. Dr. Elindra Yetty, M.Pd., (UNJ). Kegiatan dilaksanakan di Ruang Multimedia, Kampus Untirta, Sindangdari, Kabupaten Serang, Rabu (10/7/2024). Hadir dalam kegiatan Dekan FKIP Untirta Dr. H. Fadlullah, M.Si., Ketua Jurusan Seni Pertunjukan Alis Triena Permanasari, S.Sn., M.Pd., dan jajaran, peserta internal dan external dari seluruh perguruan tinggi se-nusantara yang diselenggarakan secara hybrid.

Ketua Pelaksana Syamsul Rizal, S.Sn., M.Pd.  menuturkan, ini adalah kali pertama Jurusan Seni Pertunjukkan Untirta mengadakan seminar nasional dengan peserta lintas Provinsi yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah lainnya. “Ada makalah yang akan dipublikasikan di jurnal ilmiah dan harapannya acara ini tidak selesai ke dalam kali pertama saja dan ingin terus menjadi agenda tiap tahun agar Lebih baik dan lebih bagus lagi,” tuturnya.

Ketua Jurusan Alis Triena Permanasari mengatakan, kegiatan ini merupakan sebagai upaya pengabdian kepada masyarakat dan sebagai promosi jurusan.

“Kepada seluruh peserta ini akan menambah wawasan dan semoga memberikan manfaat kepada kita semua. Mudah-mudahan ini menjadi aduan kita untuk berkontribusi lebih lagi untuk kemajuan kampus kita,” ujarnya.

Dekan FKIP Untirta Dr. Fadlullah berujar, di Untirta ini seni pertunjukkan sekurang-kurangnya ada empat yang dikembangkan pertama musik, tari, teater dan Seni rupa. “Meskipun empat-empatnya diperkenalkan oleh mahasiswa, tapi tiap mahasiswa punya keunggulan di antaranya dan kita harus punya pola untuk menciptakan pertunjukkan yang membuat semua orang kagum,” ujarnya.

Prof. Dr. Elindra Yetty, M.Pd. (UNJ) menyampaikan, bahwa di era 5.0 itu dikuasai oleh teknologi dan bagaimana pendidikan seni itu meyesuikan diri dengan hal tersebut. “Di masa 5.0 ini betul-betul mengecilkan peran-peran manusia bahkan di Freeport sendiri sekarang ada robot yang mampu menggali kekayaan emas tersebut. Boleh saja kita belajar dari teknologi digital, misal belajar tari, piano dan sebagainya, tapi tidak bisa dipungkiri kehadiran guru menjadi fungsi utama meski teknologi mengasai,” jelasnya.(TMA/AAP)