SERANG – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) kembali mengukuhkan empat guru besar. Pengukuhan empat Guru Besar ini dilaksanakan di Gedung Auditorium Untirta Kampus Sindangsari, Kabupaten Serang, Kamis (31/3/2022).
Empat Guru Besar yang dikukuhkan di antaranya adalah pertama, Prof. Dr. Ir. Wahyu Susihono, S.T., M.T., I.P.M., ASEAN Eng., yang menyampaikan pidato ilimahnya tentang Peran Ergonomi dalam Peningkatan Kesehatan Kerja dan Kualitas Hidup Manusia pada Industri Manufaktur. Kedua, Prof. Dr. Asep Muhyidin, S.Pd., M.Pd., yang menampaikan pidato ilmiah tentang Aspek Gramatikal dalam Wacana Fiksi dan Skenario Pembelajaran pada Era Masyarakat 5.0. Ketiga, Prof. Dr. Dra. Erlina Yustanti, M.Si. yang menampaikan pidato ilmiah tentang Rekayasa Nanomaterial Berbasis Dielektrik dan Magnetik dalam Meningkatkan Unjuk Kinerja Lebih Unggul. Keempat, Prof. Dr. Dra. Hj. Nurhaedah, Gailea, M.Hum., yang menampaikan pidato ilmiah tentang Perempuan di Masa Lampau dan Masa yang akan Datang sebagaimana Tercermin dalam Fiksi Indonesia dan Amerika suatu studi Lintas Budaya.
Rektor Untirta Prof. Dr. Ir. H. Fatah Sulaiman, S.T., M.T., dalam sambutannya menyampaikan, turut bangga dan bahagia dengan bertambahnya Guru Besar di berbagai bidang ilmu tersebut. Rektor juga menyampaikan dengan bertambahnya guru besar ini tentu saja akan menambah kekuatan intelektual institusi dan khasanah keilmuan yang lebih variatif. Menurutnya, pengukuhan Guru Besar ini akan menjadi kekuatan akademik agar tetap konsisten dalam memberikan dampak positif bagi masyarakat.
“Untirta sebagai menara air harus terus memberi kesejukan dan kedamaian dan hadirnya para Guru Besar baru di berbagai disiplin ilmu harus mampu memberikan pencerahkan masyarakat dalam menumbuhkembangkan peradaban baru berbasis ilmu pengetahuan,” tuturnya.
“Selain pencapaian akademik, seroang Guru Besar yang akan menjadi sumber inspirasi ilmu pengatahuan bagi para generasi muda baik dosen maupun mahasiswa. Seorang Guru Besar juga harus menjadi suri tauladan yang baik dan bijak yang membawa kewibawaan akademik dan nama besar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,” tambah Rektor.
Rektor mengatakan, menjadi seorang Guru Besar, bukanlah akhir dari pencapaian akamdeik akan tetapi menjadi pembelajar sepanjang hayat. Ia juga mengatakan akademisi juga harus lebih bijak, memiliki tanggung jawab moral melalui karya yang diakui oleh sivitas akademika Untirta maupun masyarakat.
Ketua Majelis Guru Besar Untirta Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., yang menjadi pemimpin dalam pengukuhan ini mengatakan, Guru Besar merupakan pencapaian jabatan fungsional tertinggi, terdidik dan amat terpelajar. Berdedikasi tinggi dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidangnya untuk kemajuan kemaslahatan bangsa dan umat manusia.
“Tentu masyarakat luas menanti peran dan kontribusi para profesor atau guru bear itu sebab di balik jabatan fungsional dosen tertinggi itu ada ilmu pengetahuan, perjuangan, kerja keras dan dedikasi. Lebih dari itu di balik sang Guru Besar adalah sebuah kearifan. Kami ucapkan selamat kepada empat guru besar yang dikukuhkan,” ujarnya.
Pada pengukuhan ini, yang membacakan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tentang Pengangkatan Guru Besar dilakukan oleh Sekretaris Majelis Guru Besar Untirta Prof. Dr. Meutia, S.E., M.P., dan pidato ilmiah tentang Kontribusi Zakat terhadap Perekonomian pada Masa Covid-19 di Indonesia disampaikan oleh guru besar di bidang hukum islam, Prof. Dr. Hj. Palmawati Taher, M.H. Pidato ilmiah ini disampaikan dalam rangka dirinya menerima anugerah Satyalancana Abyasa Utama.
Kegiatan ini dilaksanakan secara hibryd melalui Instagram dan YouTube Untirta Offical dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.(HI/AAP/VDF)