22 Juli 2021 – Tim Pendampingan Sosial (PS) Untirta program kerjasama BNPB dengan Untirta laporkan kemajuan program dalam kegiatan rapat pemaparan rencana intervensi kegiatan PS di wilayah Provinsi Banten. Rapat dilaksanakan secara daring yang diikuti oleh unsur BNPB, BPDB Provinsi Banten, Kabupaten Lebak dan Pandeglang, dan tim pendampingan sosial dari Untirta, Unram dan Unila serta unsur terkait lainnya.
Sekretaris tim PS Untirta Dr. M. Naim, M.Si memimpin jalannya presentasi tim PS Untirta dan menyampaikan pengantar tentang program pendampingan sosial yang telah dilaksanakan oleh tim PS Untirta.
Direktur PPSE dan SDA BNPB Andi Eviana mengawali kegiatan menyampaikan bahwa di tahun 2018 banyak bencana yang terjadi di Indonesia. “BPBD kami meminta BPBD untuk mengomandoi penganggulangan bencana”, ujarnya. Ia menambahkan bahwa BNPB sudah melakukan berbagai hal seperti pemulihan ekonomi, fisik dan sosial. Pendampingan sosial bekerjasama dengan 3 Universitas dalam kegiatan PS tahun 2021 ini, yaitu Provinsi Banten, Lampung dan Nusa Tenggara Barat. Ia juga mengatakan bahwa rapat ini ingin melihat apa saja yang akan dilaksanakan kepada masyarakat yang ada dilapangan untuk dilakukan pemuliha.. “Banyak hal yang akan dilakukan tentunya Universitas akan bekerjasama dengan BPBD. Ia juga mengingatkan bahwa SDM yang ada di sana harus di maksimalkan dan setiap programnya selalu berkoordinasi dengan Pemda dan BPBD. “Pada rapat ini diharapkan tim pelaksana menyampaikan kegiatan apa saja yang telah dan akan dilaksanakan kepada masyarakat terdampak bencana ini”, pungkasnya. Intinya yaitu kegiatan ini harus berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat dan tetap mengutamakan protokol kesehatan covid19.
Anggota tim Dr. Ade Sri Mariawati, ST., MT yang mempresentasikan laporan dari tim PS Untirta menyampaikan pemaparan tentang detail laporan kemajuan program yang telah dilakukan di Desa SumberJaya Kecamatan Sumur dan Desa Sajira Mekar Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak Provinsi Banten. “Kami datang langsung ke lokasi untuk melakukan pendampingan, menggali data dengan wawancara ke beberapa subsektor yang ada di sana, kemudian menskoring untuk menetapkan hasil pendampingan sosial apa yang tepat dilakukan disana serta menginventarisir kebutuhan subsektor tersebut”, ujarnya. Kemudian ia mengatakan bahwa hasil skoring yang dilakukan menghasilkan subsektor yang menonjol yaitu keagamaan dan kepemudaan/olahraga.
Pada sesi terakhir yaitu sesi diskusi, bertukar fikiran dan memberikan arahan terkait pelaksanaan kegiatan pendampingan sosial yang sesuai dengan aturan, petunjuk pelaksanaan dan teknis agar program yang dijalankan dapat berjalan maksimal sesuai dengan yang diharapkan dan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Beberapa masukan dari BNPB yaitu bantuan harus bersifat habis pakai dan selain belanja barang dan bahan, belanja non barang juga sangat penting seperti kegiatan pelatihan, workshop dan sejenisnya untuk meningkatkan SDM masyarakat yang dapat meningkatkan potensi masyarakat dan Desa.