CILEGON – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa melakukan audiensi program kampus merdeka bersama organisasi nonpemerintah, yakni UNICEF Indonesia, World Health Organization Representatif Indonesia, dan Palang Merah Indonesia Pusat secara daring melalui aplikasi zoom. Pertemuan virtual tersebut mendiskusikan pelaksanaan proyek kemanusiaan (humanitarian project) sebagai dukungan atas proram Kampus Merdeka yang mendorong pembelajaran mahasiswa di luar kelas melalui program magang dan partisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mampu mengasah skill mahasiswa.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Untirta, dr. Desdiani, Sp.P, M.K.K. menerangkan bahwa proyek kemanusiaan yang melibatkan mahasiswa secara sukarela tersebut dilatarbelakangi oleh kerap terjadinya bencana alam di Indonesia dan mewabahnya COVID-19 yang mengakibatkan tingginya angka kematian. Di samping itu, diketahui sejumlah institusi internasional melakukan penelitian secara mendalam dan menginisiasi proyek-proyek pengembangan di Indonesia, sehingga partisipasi mahasiswa dinilai dapat membantu pelaksanaan proyek-proyek kemanusiaan, baik di dalam negeri maupun mancanegara.
Proyek kemanusiaan ini diharapkan dapat mempersiapkan mahasiswa unggul yang menjunjung tinggi kemanusiaan melalui pelaksanaan tugas yang berbasis agama, moral, dan etika serta melatih kepekaan sosial mahasiswa dalam memahami berbagai masalah yang sedang dihadapi sekaligus memberikan solusi atas masalah tersebut sesuai dengan minat dan bidang keahliannya. “Mahasiswa tidak cukup dengan hanya pengetahuan di kampus saja. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan praktik ini sangat diperlukan.” Ujar Dr. H. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Wakil Rektor Akademik, Pengembangan Inovasi, Pengabdian dan Hilirisasi Riset Untirta.
Untirta berharap dapat menjalin kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan organisasi-organisasi di bidang kemanusiaan, baik dalam negeri maupun mancanegara. “Mahasiswa pada semester 5 nanti akan diberikan kesempatan melakukan kegiatan di luar kampus, salah satunya adalah praktek. Praktek ini tentunya perlu ada organisasi atau lembaga yang mampu menaungi kegiatan-kegiatan mahasiswa itu. Oleh karena itu, pada dasarnya kami sampaikan dalam kegiatan ini ada kerja sama untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa Untirta. Untuk program kemanusiaan mungkin yang banyak terlibat dari Fakultas Kedokteran, tetapi tidak menutup kemungkinan dari fakultas-fakultas lain bisa ikut terlibat, misalnya untuk kegiatan magang dan penelitian.” Terang Dr. H. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si.
“Untirta can directly assign students to work on humanitarian projects if emergency happens. Lecturers monitor and evaluate the humanitarian project conducted by students.” ujar dr. Desdiani, Sp.P, M.K.K. ketika menjelaskan peran kampus dan dosen dalam proyek ini. Sementara itu, mitra kerja sama bertanggung jawab memastikan aktivitas kemanusiaan berjalan sesuai dengan kesepakatan; menyediakan supervisor, mentor, atau pelatih untuk mahasiswa yang berpartisipasi; memberikan hak-hak kepada mahasiswa sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian; serta melaksanakan monitoring, evaluasi, dan grading terhadap aktivitas yang diikuti mahasiswa. Beliau pun menyatakan bahwa durasi keterlibatan mahasiswa dalam proyek kemanusiaan akan disetarakan dengan Satuan Kredit Semester (SKS).
Nugroho Indera Warman selaku Education Specialist UNICEF Indonesia menyambut baik proyek kemanusiaan ini. “Untuk saat ini UNICEF seluruh cluster sedang melakukan respon kemanusiaan terkait COVID-19. Seluruh sector, termasuk pendidikan melakukan respon. Ada beberapa hal terkait keberlanjutan pembelajaran serta bagaimana menerapkan protokol kesehatan di sekolah apabila sekolah dibuka. Kita bisa lihat ke depan apa yang bisa dilakukan mahasiswa Untirta untuk bisa men-support kegiatan-kegiatan yang ada di UNICEF.” Ujarnya.
Kendati menyambut baik partisipasi mahasiswa dalam program kemanusiaan, National Consultant of UNICEF Indonesia, Wahyu Agung Kuncoro, berharap mahasiswa dapat dibekali pengetahuan mengenai dasar-dasar kemanusiaan sebelum terjun langsung ke lapangan. Hal ini dianggap penting untuk menghindari kesalahpahaman dan intervensi yang tidak sepatutnya dilakukan. “Jika dimungkinkan, sebelum mahasiswa mengambil project ini, bisa dibekali terlebih dahulu oleh kampus terkait prinsip-prinsip kemanusiaan sebelum terjun. Di beberapa organisasi menyediakan beberapa online training.” Usulnya. “Diharapkan penggiat kemanusiaan memahami terlebih dahulu tentang humanitarian principle. Seringnya orang-orang yang terlibat belum memahami dasar-dasar bekerja, (sehingga) terdapat beberapa kesalahpahaman dan intervensi.” Lanjutnya.
Dr. Arturo M. Pesigan selaku Technical Officer of the emergency and Humanitarian Action unit of the Regional Office for the Western Pacific of WHO menyampaikan bahwa kesempatan kolaborasi antara perguruan tinggi dengan WHO sangatlah beragam. “There are various ways of engaging with university in health work which could be done through collaboration with WHO and these could be facilitated well, especially if there is agreement and also collaboration with the Ministry of Health. So the Ministry of Health would help many projects and activities and would definitely need the support of academic institutions and NGO.” Terangnya.
Dr. Arturo M. Pesigan menjelaskan bahwa WHO membuka kesempatan bagi pelajar dan lulusan perguruan tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan WHO melalui program internship yang dikelola kantor pusat WHO. “We have internship and we offer opportunities for university graduates and also students to spend with the minimum of about six weeks to engage in WHO work. However, the activities are organized and the application are processed in our headquarters. So, through the website of WHO the internship opportunities are announced and the perspective party could apply to that.” Jelasnya.
Proyek kemanusiaan ini memperoleh apresiasi dari Rektor Untirta, Prof. Dr. H. Fatah Sulaiman, S.T., M.T. “Saya menyampaikan apresiasi (atas) inisiasi untuk humanitarian project ini. Saya kira ini bagian dari implementasi kampus merdeka. Pak WR 1 segera menindaklanjuti dari beragam target fokus pencanangan kampus merdeka yang akan dijadikan pedoman. Peluang-peluang kerja sama dengan berbagai institusi, WHO, UNICEF, PMI, BNPB, termasuk Kementerian Kesehatan bisa segera ditindaklanjuti oleh seluruh fakultas, bukan hanya Fakultas Kedokteran karena beberapa program banyak yang relevan dengan fakultas lain.”
Rektor pun mengimbau International Office untuk senantiasa memantau dan mencermati perkembangan lembaga-lembaga di dunia terkait dengan humanitarian project ini, sehingga mahasiswa Untirta tidak hanya dapat membantu dalam skala nasional, tetapi juga lintas ASEAN bahkan penjuru dunia lainnya. (Humas – Sekar)