PEKERTI Hari Keempat, Materi Hari Terakhir

Diposting pada

Workshop Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) kerjasama LP3M Untirta dengan UPG memasuki hari keempat dengan menghadirkan pemateri Prof. Dr. Eng. A. Ali Alhamidi., S.T., M.T yang menjelaskan tentang Budaya Akademik di Perguruan Tinggi, materi kedua oleh Dr. Isti Rusdiyani, M.Pd yang memaparkan materi tentang konsep mekanisme pengembangan RPS dan SAP serta materi ketiga oleh Dr. Yudi Juniardi, M.Pd yang menjelaskan tentang pengembangan bahan ajar dan desain instruksional (18/2).

Prof. Dr. Eng. A. Ali Alhamidi., S.T., M.T dalam penyampaian materinya menjelaskan budaya akademik membangun kejujuran dan integritas seseorang dalam konteks keilmuan, sebagai  indikator kualitas individu agar dipercaya dan bekerjasama. “Ciri perkembangan budaya akademik meliputi penghargaan terhadap pendapat orang lain secara objektif, pemikiran rasional dan kritis analitis dengan tanggungjawab moral, kebiasaan membaca, penambahan ilmu dan wawasan, kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada msayarakat, penulisan artikel, majalah dan buku, diskusi ilmiah, proses belajar mengajar dan manajemen perguruan tinggi yang baik”, ungkapnya. Beliau juga memaparkan tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan tinggi. Hal ini menitikberatkan pada Plan, Do, Check, Action (PDCA). Plan : Rencana yang tepat, matang dalam setiap aktifitas proses belajar  mengajar, Do : Dilaksanakan secara optimal, maksimal dan berkesinambungan, Check : Ada upaya komperatif, sinergi dan sinkronisasi yang diinginkan dan tujuan yang diharapkan, Action : Ada evaluasi dan gambaran yang logis, ilmiah sehingga dijadikan tolak ukur keberhasilan dan kegagalan. Adanya Interaksi kegiatan kurikuler yang terstruktur tepat, baik pada beban kurikulum dan jumlah serta bobot SKS mata kuliah. Model manajemen yang baik dan terstruktur yang mampu mensinkronisasikan/menjembatani antara tujuan pribadi (mahasiswa) dengan visi, misi dan tujuan Perguruan Tinggi, pangsa pasar dunia kerja. Tersedianya sarana, prasarana dan sumber daya (dosen, karyawan) yang memadai. Selanjutnya beliau juga menjelaskan tentang beberapa manfaat dari pengembangan budaya akademik diantaranya : Dihasilkannya lulusan yang menguasai iptek, jujur, dan bertanggung jawab  untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa; Dihasilkannya iptek melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; Mengembangkan sivitas akademika yang kompeten, inovatif, responsif,  kreatif,  terampil, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma untuk kepentingan bangsa.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Dr. Isti Rusdiyani, M.Pd tentang konsep mekanisme pengembangan RPS dan SAP. Pada awal materi beliau mengatakan bahwa setelah peserta mengikuti dan mendapatkan penjelasan tentang pengembangan RPS (Perangkat Pembelajaran) peserta workshop dapat; menjelaskan konsep dan mekanisme pengembangan RPS dan SAP dengan benar;, memahami kerangka tujuan pendidikan nasional dengan benar, menjelaskan taksonomi B. Bloom dengan benar, mengerjakan proses penyusunan capaian pembelajaran dengan benar dan membuat pengembangan RPS dan SAP/Perangkat pembelajaran dengan kreatif. “RPS adalah dokumen perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai panduan bagi mahasiswa dan dosen dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk satu semester”, ujarnya. RPS merupakan kependekan dari Rencana Pembelajaran Semester, sedangkan SAP yaitu Satuan Acara Perkuliahan.

Dr. Yudi Juniardi, M.Pd menjelaskan tentang pengembangan bahan ajar dan sistem desain instruksional. “Kami berharap bahwa materi ini dapat membuat peserta memahami konsep pengembangan bahan ajar, mengetahui jenis bahan ajar, mengetahui tahapan pembuatan bahan ajar, merancang bahan ajar yang baik,  memahami konsep desain instruksional, mengetahui model pengembangan pembelajaran, mengetahui tahapan perancangan pembelajaran, merancang pengembangan pembelajaran sesuai dengan SN DIKTI”, ujarnya. Beliau menjelaskan terkait bahan ajar secara terperinci. “Pengembangan desain instruksional  hendaknya seiring dengan  Capaian  Pembelajaran Lulusanc(CPL)”, imbuhnya. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa dengan desain pembelajaran  yang baik akan meningkatkan kualitas pembelajaran dalam  mencapai CPL. Desain pembelajaran dapat dikembangkan dengan beberapa Model Pengembangan: Assure, MPI, ADDIE sesuai dengan karakteristik pembelajaran. Standar Nasional  Pedndidikan  menjadi  acuan dalam  pelaksanaan pembelajaran yang  bermutu dan terstandar.

Sesi Tanya jawab diberikan oleh panitia pada setiap akhir sesi materi. Para peserta terlihat sangat aktif dalam mengemukakan pertanyaan dan pendapatnya terkait materi yang disampaikan. Sebagai informasi bahwa agenda dihari berikutnya yaitu seluruh peserta mengikuti Clinical Skill Teaching (CST), dan penutupan workshop PEKERTI kerjasama antara Untirta dengan UPG yang dilaksanakan oleh LP3M kedua belah pihak.