Persiapkan Modul Bahan Ajar, UPP PMKUPK Untirta Gelar Workshop Pengembangan Bahan Ajar MKU

Diposting pada

SERANG (25/5/2021) – Rangkaian acara Workshop Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Universitas oleh Unit Pusat Penunjang (UPP) Pengembangan Mata Kuliah Umum dan Pembinaan Kepribadian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) sukses digelar selama dua hari sejak Senin, 24 Mei 2021 dan berakhir hari ini, Selasa, 25 Mei 2021. Sebanyak 50 dosen Mata Kuliah Umum (MKU), termasuk agama, seminar pendidikan agama, pancasila, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, studi kebantenan, dan ketahanan pangan hadir mengikuti acara yang dimoderatori oleh H. Alief Maulana, S.T., M.T dan Dr. Muis. Turut hadir Ketua UPP Pengembangan Mata Kuliah Umum dan Pembinaan Kepribadian Untirta, Dr. Jakaria, S. Ag., M.A.

Sekretaris UPP Pengembangan Mata Kuliah Umum dan Pembinaan Kepribadian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Nanah Sujanah, S. Ag., M.Si mengungkapkan penyelenggaran workshop bertujuan untuk membentuk kesamaan visi dalam penyusunan bahan ajar. “Dosen-dosen MKU diharapkan mempunyai visi yang sama. Masing-masing mata kuliah memiliki capaian pembelajaran yang tidak boleh berbeda. Harus ada materi inti yang harus disampaikan.” Ujarnya.

Pemateri workshop hari kedua, Dr. H. Agus Sjafari, M.Si yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan Inovasi, Pengabdian dan Hilirisasi Riset Untirta menekankan perlunya pelaksanaan pendidikan karakter dalam budaya akademik di perguruan tinggi, khususnya Untirta. “Kita harus memiliki perilaku yang berkarakter dan menyepakati konsep perilaku berkarakter itu seperti apa. Kita harus olah rasa, olah raga, olah hati, olah pikir.” Terangnya.

Agus Sjafari menganggap pendidikan karakter yang mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, dirinya memandang institusi perlu mengarahkan dan mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam diskusi, kajian, dan presentasi serta terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, olahraga, karya tulis, dan seni. “Lembaga kita perlu membiasakan sebuah sistem berupa kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler yang pada akhirnya kita berharap mahasiswa kita memiliki karakter, yakni mahasiswa tidak hanya memiliki kemampuan akademis tetapi juga kemampuan lain seperti kepedulian. Yang perlu kita tanamkan adalah perilaku tanggung jawab sosial, menanamkan mutu berbasis nilai-nilai, mengangkat perilaku etis, dan mendefinisikan ideologi institusi.” Lanjutnya.

Untirta sendiri menjunjung nilai-nilai JAWARA yang merupakan kependekan dari Jujur, Adil, Wibawa, Amanah, Regilius, dan Akuntabel. Nilai-nilai tersebut diharapkan tidak sebatas diketahui oleh civitas akademika Untirta, tetapi juga terinternalisasi di dalam diri, sehingga mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang menjadi salah satu pokok bahasan dalam materi yang disampaikan oleh Dr. Fauzan, MA, Ketua Himpunan Pengembang Kurikulum Wilayah DKI. “Yang kita inginkan dari konteks karakter atau moral ini, nilai-nilai jawara betul-betul teraplikasi dan tercipta menjadi habit, bukan hanya dalam tataran pengetahuan, tetapi bagaimana agar betul-betul terimplementasi.” Ujarnya.

Dirinya turut menyoroti bagaimana visi dan nilai-nilai Untirta dapat dikembangkan ke dalam tahap perancangan kurikulum. “Ini harus diwadahi oleh capaian pembelajaran. Visi lembaganya mau apa? Bagaimana keterkaitan visi dengan implementasi yang real atau operasional. Nyambung nggak sih visi yang kita punya dengan capaian pembelajaran yang dikembangkan masing-masing prodi ataupun dosen yang ada di Untirta?”. Dengan demikian, Fauzan menyarankan membuat bahan ajar yang tidak melulu konseptual melainkan mengembangkan dan mengaitkannya dengan teks ayat yang bisa dikonfirmasi.

Nanah Sujanah menuturkan bahwa outcome yang diharapkan dari workshop ini adalah dirilisnya draft buku yang kelak dapat menjadi bahan ajar bagi dosen dan mahasiswa. “Targetnya di perkuliahan semester depan semua pemangku mata kuliah umum sudah pegang semua, entah itu berupa buku cetak ataupun ebook, tergantung bagaimana kebijakan universitas.” Jelasnya.

Rektor Untirta, Prof. Ir. Dr. H. Fatah Sulaiman, S.T., M.T mengungkapkan kecenderungannya memilih bahan ajar berbasis digital daripada cetak. “Terkait modul, jangan berpikir konvensional dicetak dalam bentuk hard copy. Bisa disimpan dalam bentuk digital. Bisa menghemat kertas dan melindungi lingkungan. Sekarang jamannya IT.” Menurutnya, bahan ajar dapat diproduksi dalam format ebook, sehingga tidak memerlukan biaya yang tinggi dan ramah lingkungan. “Sekarang kan ada ebook. Terjangkau buat mahasiswa. Misal untuk mendownload ebook bisa berbayar. Bukan kita cetak sebanyak-banyaknya. Biaya tinggi, tidak ramah lingkungan.” Pungkasnya. (Humas – Sekar)